Article Detail

Resah Belajar Online

“Kapan sekolah lagi, di ruang kelas sekolah kita?” Celoteh seorang anak kelas 5A SD Tarakanita 5 di suatu pertemuan virtual belajar tematik. Kurang lebih setahun anak-anak belajar online karena pandemi belum juga berakhir. Tampak wajah anak-anak yang sedang belajar daring itu  bosen, jenuh, dan lelah.

            Tahun pelajaran 2020-2021 kelas 5A dengan jumlah siswa 29 rajin mengikuti proses pembelajarn daring, walapun satu atau dua anak masuk zoom meeting/ google meet terlambat, dengan alasan jaringan atau hal yang lain. Keterlambatan anak ketika masuk zoom pasti diberikan toleransi asalkan bukan pada anak yang itu-itu saja yang terlambat. Dan kenyataannya anak yang masuk terlambat berganti-ganti siswa.

            Suatu hari ketika belajar virtual, tampak dari vidio mereka tampak bosan dan tidak menyenangkan. Ada dua anak Domi dan Samuel namanya tak bisa diam di depan laptopnya,  duduk, berdiri, beberapa kali mengganti background, izin ke belakang, dan kadang menjawab pertanyaan guru dengan malas-malas, padahal mereka ini bisa menjawab dengan tepat. Mungkin anak-anak semacam ini adalah tipe anak kenestetik dalam belajar.

            Sebagai pendamping dalam pembelajaran daring di kelas 5A saya berpikir, “ Bagaimana caranya agar anak-anak merasa enjoy terus dalam pembelajaran?” Senin,15 Maret 2021 saya mencoba di awal pembelajaran setelah doa dan memotivasi anak, saya ajak mereka untuk berpikir kritis memecahkan sebuah fenomena sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Senin itu saat pembelajaran daring saya tunjukkan sebuah kain sobek, benang berbagai warna, dan jarum. Pertanyaannya untuk anak-anak: “warna benang apa yang sesuai dengan warna kain”? “Bagaimana cara yang paling gampang untuk memasukkan benang ke dalam jarum”? Wah mereka antusias menyimak, mengamati, dan menjawab pertanyaan. Hari selasa saya sediakan botol. Dari botol tersebut tampah tutupnya berulir atau bermotif. Anak -anak diajak berpikir kritis, “ Mengapa tutup botol dibuat demikian?” Hari Rabu saya ajak anak-anak mengamati air yang ada di rumah, bersih atau tidak dengan melihat simulasi menggunakan tester air. Hari kamis berbeda lagi, saya ajak anak-anak mengamati perubahan warna pada kentang dan tepung beras setelah diberi beberapa  tetes Iodium sebagai indikator mengandung karbohidrat jika berubah warna menjadi hitam kebiruan.

            Dalam waktu 4 kali pertemuan setiap awal pembelajaran anak-anak saya ajak berpikir kritis ternyata mereka lebih senang dan berusaha masuk zoom lebih awal, dalam proses pembelajaran pun semangat dan bahkan ketika waktu sudah habis pun ada anak yang bilang: “ Ko cepet sih bu?” Dan yang paling tampak perubahan sikap adalah Domi dan Samuel. Mereka menjadi lebih proaktif terhadap pelajaran, lebih tertib, dan antusias dalam menanggapi materi pelajaran.

            Saya berpikir, “ Menggunakan waktu kurang lebih 5 menit untuk melakukan simulasi seperti yang saya lakukan di atas tidak masalah, karena anak-anak lebih optimis dalam pembelajaran daring” Dan semoga kedepannya saya dapat menemukan fenomena-fenomena sederhana di sekitar rumah, agar anak lebih termotivasi dalam pembelajaran daring ini. Bagaimanapun juga kurikulum pendidikan tetap berlangsung, pembelajaran tetap tercapai sehingga anak-anak tetap dapat belajar secara maksimal walaupun di tengah pandemi.

            Saya berharap semoga masa pandemi ini segera berakhir dan anak-anak kembali dapat bersekolah seperti yang kita harapkan. Dan semoga para pendidik, orang tua, dan anak-anak tetap bersemangat, sehat, dan dalam pembelajaran tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah lain. Semoga Tuhan mengabulkan. Amin.


Ditulis oleh Ibu Cicil walikelas 5A 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment